Mencuri Raden Saleh – Angga Dwimas Sasongko
(Resensi oleh Firman Hardianto)
Jagad
perfilman Indonesia kembali menggema dengan hadirnya film Mencuri Raden
Saleh yang mulai tayang pada 25 Agustus 2022 kemarin. Film ini disutradarai
oleh Angga Dwimas Sasongko dengan cerita yang ditulis oleh Husein Atmodjo. Mencuri
Raden Saleh menyuguhkan kisah yang begitu epic sesuai genrenya – film laga
dengan drama aksi perampokan. Sebagai film asli Indonesia, Mencuri Raden
Saleh sangat layak ditonton oleh penonton 13+ sesuai disclaimer yang
ditayangkan sebelum film dimulai. Film ini mendapatkan vote 9,7/10 di aplikasi Tix
Id dengan 14.706 orang menandainya sebagai watchlist yang akan ditonton.
Penonton
dibatasi usia bukan tanpa alasan, film ini cerita utamanya menyuguhkan aksi
perampokan yang bakal dilakukan oleh para amatiran yang dijebak oleh mantan
presiden Permadi. Tak hanya itu, film ini juga menggambarkan usaha yang kurang
baik secara value berkenaan dengan pemalsuan, balap liar, judi, dan hacker.
Tentunya tidak akan baik jika ditonton oleh anak-anak yang masih dalam masa
perkembangan pola pikir.
Meski
begitu, film ini tetap sangat layak ditonton oleh usia 13+ sebagai pembelajaran
penting bahwa kehidupan itu ternyata tidak semudah yang diinginkan. Banyak hal
yang diharapkan tetapi tidak semua hal terwujud dengan cara yang mudah.
Beberapa hal yang mungkin dapat dicontoh adalah keuletan dalam berusaha, sikap
pantang menyerah, peduli pada teman, berhati-hati dalam bertindak, perlawanan
dan tidak mudah percaya pada orang lain.
Baca juga: Apa itu Resensi?
Sinopsis
Film
ini mengisahkan Piko sebagai mahasiswa tingkat akhir jurusan seni rupa yang
kerap melakukan pekerjaan sampingan dengan memalsukan lukisan. Data-data Piko
dalam memalsukan lukisan dicari oleh seorang hacker bernama Ucup. Mereka
berdua bekerja sama untuk memalsukan lukisan yang diminta oleh Dini, seorang kurator
lukisan.
Tetapi
usaha yang dilakukan Piko sebenarnya ditentang oleh pacarnya, Sarah. Sarah
kurang begitu sepakat jika Piko bekerja sama dengan Ucup mengerjakan sesuatu
yang tak pernah diberitahukan kepada Sarah. Sarah lebih senang jika Piko
menyelesaikan tugas akhirnya dan segera menuntaskan pendidikan sarjananya.
Tetapi lain cerita dengan Piko, Piko berpikir bahwa bisnisnya dengan Ucup akan
menjadikan Piko seorang yang kaya dan memiliki harta berlimpah.
Piko
memiliki Ayah yang menjadi tahanan di Bandung. Ayahnya ditahan karena dijebak
oleh Presiden Permadi. Jika Ayahnya ingin bebas, dia membutuhkan uang 2 milyar
untuk membayar pengacara yang bisa membebaskannya. Piko menceritakan hal itu
pada Ucup, ia memberikan jalan keluar agar Piko kembali memalsukan lukisan
untuk mendapatkan uang. Ucup paham bahwa lukisan yang dipalsukan oleh Piko bisa
dilelang dengan harga tinggi dan selama ini Dini telah mengambil untuk terlalu
banyak dari pekerjaan mereka berdua.
Baca juga: Sekantong Kritik untuk Film Pengabdi Setan 2
Akhirnya
pada permintaan Dini selanjutnya, Dini menawarkan bayaran sesuai uang yang
dibutuhkan Piko yaitu 1 milyar untuk memalsukan lukisan karya Raden Saleh
berjudul Penangkapan Pangeran Diponegoro. Sebagai mahasiswa seni rupa, Piko
tahu lukisan Raden Saleh tidak bisa sembarang dipalsukan karena tidak hanya
sebatas lukisan tetapi banyak hal yang tidak diketahui mereka berkenaan dengan
data, fakta, teknik melukis, perasaan, dan sebagainya. Tetapi, Ucup menawar
agar Dini memberikan bayaran 2 milyar untuk pengerjaan lukisan. Piko tidak
dapat menolak dan akhirnya Dini mengiyakan sebagai tanda kesepakatan.
Setelah
lukisan itu berhasil dipalsukan, tak disangka pemesannya adalah Mantan Presiden
Permadi. Mantan Presiden Permadi menjebak Piko yang datang bersama Ucup dan
Sarah agar mau menukar lukisan palsu itu dengan lukisan yang asli dengan
bayaran 17 milyar. Permadi mengancam Piko, jika mereka tak melakukan itu maka
Ayahnya akan menjadi korban kekerasan di dalam tahanan. Mereka tak punya
pilihan, akhirnya mereka pun melakukannya.
Apakah
mereka akan berhasil mencuri lukisan itu? Bagaimana perasaan mereka dijebak
oleh seorang Mantan Presiden? Dan Mengapa Mantan Presiden Permadi menginginkan
lukisan yang asli sebagai asset negara itu? Saksikan kelanjutan kisahnya selama
masih ada penayangan di bioskop.