Ranah 3 Warna – Guntur Soeharjanto
(Resensi oleh Firman Hardianto)
Setelah
sukses membuat buku Negeri 5 Menara terbit dalam jagad perfilman Indonesia,
sang penulis Ahmad Fuadi kembali membawa serial lanjutan dari Negeri 5 Menara yakni
Ranah 3 Warna menjadi sebuah film. Film yang diangkat dari novel karya Ahmad
Fuadi itu telah ditayangkan perdana di bioskop mulai 30 Juni 2022. Ahmad
Fuadi sendiri dalam postingan instagramnya @afuadi membagikan rating
yang diperoleh film Ranah 3 Warna pada pengguna IMDb sejauh ini mendapatkan
nilai 9.2/10.
Ahmad
Fuadi menceritakan sebuah kisah mengharukan Alif Fikri, pemuda Maninjau yang
telah lulus dari pesantren (cerita sebelumnya dalam Negeri 5 Menara) dan ingin
melanjutkan studynya di Universitas Padjajaran. Pada awal film, penonton akan
diperlihatkan ketika teman masa kecil Alif, Randai yang merendahkan Alif dan
mempertanyakan apakah Alif bisa lulus menjadi mahasiswa Universitas Padjajaran.
Alif dibayang-bayangi rasa kegagalan, meski hal tersebut hanya sebuah mimpi yang
mendatangi Alif ketika tak sengaja tertidur setelah lelah belajar. Randai telah
menjadi seorang mahasiswa Institut Teknologi Bandung dan tinggal di Bandung.
Baca juga : Akankah Senyummu Kembali Menyejukkan Senjaku?
Pelajaran
Bahwa Hidup Harus Senantiasa Sabar Aktif
Film
ini menggambarkan seorang pemuda yang mengejar mimpi dan cita-cita, sama
seperti ribuan pemuda dalam kehidupan nyata. Dalam perjalanan menggapai
cita-cita itu, tentu setiap pemuda akan mendapatkan cobaan dan ujian hidupnya
masing-masing. Ranah 3 Warna mengajarkan kepada penonton bahwa proses tersebut
perlu dilakukan dengan sabar. Alif Fikri selalu memegang prinsip kesabaran, Man
Shabara Zhafira, barangsiapa bersabar ia akan beruntung.
Ada beberapa
scene yang memberikan pelajaran berharga tentang kesabaran itu. Dimana
kesabaran itu bukanlah suatu hal yang bersifat pasif, tetapi harus ada
perlakuan aktif untuk bisa memperoleh keberuntungan. Contohnya scene
ketika Alif akan Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Alif belajar
dengan giat agar bisa masuk dalam seleksi UMPTN itu. Ketika melihat pengumuman
penerimaan seleksi UMPTN, Alif dan Ayahnya hampir-hampir menyerah karena tidak
menemukan nama Alif Fikri dalam laporan pengumuman itu. Namun, keduanya dibuat
terkejut ketika nama Alif Fikri tercantum dalam lembaran terakhir pengumuman.
Kesabaran Alif yang aktif melalui proses giat belajar itu dapat membuat Alif
lulus seleksi dan diterima sebagai mahasiswa Universitas Padjajaran.
Scene lain yang mengajarkan kesabaran, misalnya ketika Alif Fikri
memiliki keinginan kuat untuk menulis. Senior Alif dalam UKM Jurnalistif, Bang
Togar memiliki grade yang tinggi terhadap suatu tulisan. Alif yang ingin
agar tulisannya dapat dimuat di majalah kampusnya itu terus saja menulis siang
malam dan usahanya kembali membuahkan hasil. Meski berkali-kali Bang Togar
mengerutkan kening dan mengatakan bahwa tulisan Alif tidak bermutu, tetapi
usahanya yang tak berhenti membawa keberuntungan bagi terbitnya tulisan Alif.
Baca juga : Tate no Yuusha; Memenuhi Peran Sebagai pahlawan
Film
ini telah lulus sensor dan dapat disaksikan oleh semua umur di berbagai
bioskop. Tetapi, sang penulis Ahmad Fuadi menyarankan bagi usia SD ke bawah
tentu akan lebih baik jika menonton sembari ditemani orang tuanya. Ketika
menikmati film ini, penonton akan disuguhkan dengan kesadaran dari dalam diri
sendiri bahwa hidup harus dijalani dengan sabar aktif. Sabar yang bukan hanya
menunggu, tetapi aktif melakukan sesuatu agar kesabarannya membuahkan
keberuntungan. Setiap penonton, terutama kaula muda dapat menyerap pembelajaran
dari film Ranah 3 Warna ini bagaimana seharusnya mengangkat value yang
harusnya tertanam dalam diri seorang pejuang cita-cita.
Tentunya
masih banyak berbagai scene yang perlu disaksikan oleh para penonton di
mana pun anda berada. Jangan lupa segera tonton Ranah 3 Warna dan berikan
komentar anda tentang film Ranah 3 Warna ini. Tetapi, perlu diingatkan bahwa
jangan pernah membandingkan film dengan buku. Karena sense menonton film
dan membaca buku sama sekali berbeda. Keduanya sama-sama sebuah karya yang
memerlukan apresiasi tinggi dari para penikmatnya. Selamat menonton.
No comments:
Post a Comment