Tradisi Boyong Opak Gedang di Dusun Gedegan - Kuresensi Media

Tradisi Boyong Opak Gedang di Dusun Gedegan

Ilustrasi. Tradisi Boyong Opak Gedang di Dusun Gedegan
Ilustrasi screenshoot youtube enam sembilan official

KURESENSI MEDIA -
Berbagai suku dan budaya di Indonesia menjadikan munculnya macam-macam tradisi di setiap daerah. Tradisi berasal dari kata traditium yang berarti sesuatu hal turun temurun dari masa lalu ke masa sekarang. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988 : 959) tradisi adalah adat istiadat turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat atau penilaian, anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan benar. 

Ada banyak jenis tradisi dalam masyarakat Jawa, mulai lahir hingga kematian. Masing-masing ritual adat tersebut memiliki makna tersendiri dan masih dilakukan oleh masyarakat Jawa khususnya di pedesaan. 

Tradisi biasanya memiliki arti penyampaian informasi, kepercayaan dan adat istiadat dari mulut ke mulut atau melalui contoh dari satu generasi di suatu masa tanpa instruksi tertulis. 

Baca juga: Harga Tembakau Rendah, Petani di Giripurno Temanggung Beralih Tanam Sayur

Adanya kesinambungan dalam tradisi dan budaya dalam sikap, adat dan pranata sosial menjadi sebuah kebiasaan yang sudah ada sejak lama.

Seperti halnya di Desa Giripurno, tepatnya di Dusun Gedegan masih memiliki adat dan tradisi yang dilakukan setiap tahunnya. Dengan melakukan berbagai upacara sebagai bentuk menjaga tradisi, warga Dusun Gedegan selalu antusias untuk mengikutinya. 

Salah satu tradisi yang dilakukan di dusun tersebut yaitu Tradisi Boyong Opak Gedang. Arti dari masing-masing katanya ialah boyong yaitu membawa, sedangkan Opak di dusun Gedegan itu adalah makanan yang mirip seperti rengginang, dan Gedang yang berarti pisang. 

Konsep dari Boyong Opak Gedang yaitu melakukan pawai (jalan keliling) mengelilingi dusun dengan membawa opak dan pisang sebagai syarat. Tradisi tersebut dianggap oleh masyarakat dusun menjadi sebuah sedekah warga.

Baca juga: Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang Beri Penyuluhan Kesehatan di Desa Giripurno Temanggung

Boyong Opak Gedang dilaksanakan setiap satu tahun sekali di bulan Ramadhan, tepatnya pada malam 21 ramadhan dari sore hari hingga malam hari setelah shalat tarawih. 

Untuk acara pada sore harinya ialah acara sedekah desa di masjid, dan untuk upacara boyong opak gedang dilakukan pada malam hari setelah shalat tarawih. 

Pelaksanaan kegiatan tersebut yaitu dengan berjalan mengelilingi dusun Gedegan dengan membawa opak dan gedang. Dilakukan oleh pemuda dusun dan juga ibu-ibu Fatayat dusun Gedegan, dengan pemuda IPNU sebagai pembawa opak dan gedangnya berkeliling dusun. Setelah itu, opak dan gedang yang dibawa Pemuda IPNU diserahkan kepada ibu-ibu Fatayat.

Asal-Usul Boyong Opak Gedang

Asal usul adanya Opak Gedang yang disampaikan oleh tokoh masyarakat di dusun Gedegan yaitu setiap datangnya bulan ramadhan terdapat kepercayaan bahwa arwah leluhur di alam kubur itu dinaikkan di ujung pring (bambu), dan di saat bulan puasa arwah leluhur sudah berada di ujung pring. 

Baca juga: Fakta Menarik Tentang Alam Sewu Temanggung

Maka dari itu, saat sudah menginjak malam 21 Ramadhan sebagai keluarga yang leluhurnya sudah tiada serta seluruh masyarakat desa menyediakan jamuan ibarat payung dan tongkat, payung dan tongkat di Dusun Gedegan yang dimaksud yaitu berupa Opak dan Gedang. 

Opak sebagai payung dan Gedang sebagai tongkatnya. Jamuan tersebut diyakini oleh masyarakat sekitar untuk para arwah leluhur mereka sebagai payung dan tongkat saat berada di alam kubur.

Mengapa harus Opak? karena sesepuh masyarakat Gedegan yang bertempat tinggal di sebelah selatan bernama Simbah Sosrobahu menyukai Opak, sedangkan Simbah Subroto yang bertempat tinggal di sebelah utara menyukai Gedang. 

Oleh karena itu, semua masyarakat Dusun Gedegan memercayai jika ingin maju dan damai desanya, sejatinya harus tetap melestarikan tradisi Boyong Opak Gedang. Tujuan diadakannya Boyong Opak Gedang yaitu sebagai sedekah untuk mendapatkan keberkahan Dusun Gedegan.

Baca juga: Mahasiswa KKN UIN Walisongo Beri Pelatihan Bisnis Online di Desa Giripurno Temanggung

Selain menggelar acara tersebut, sudah menjadi kebiasaan masyarakat Gedegan setiap bulan ramadhan untuk membuat Gua Neon. Goa Neon adalah lampu warna-warni yang dipasang melengkung di depan rumah masing-masing, dan tiap RT untuk menyamakan warna lampunya. 

Dengan adanya agenda tersebut, Dusun Gedegan menjadi  kampung ramadhan di Temanggung. Banyaknya spot foto dan ada live music menjadikan dusun tersebut menjadi seperti tempat wisata.[s]

(Aulia Widya/Mahasiswa UIN Walisongo Semarang)*

Powered by Blogger.