Alam Sewu merupakan salah satu tempat
wisata yang berada di Dusun Pringsewu, Desa Giripurno, Kecamatan Ngadirejo,
Kabupaten Temanggung. Alam Sewu ini didirikan oleh pemuda Pringsewu dalam suatu
organisasi Aktivis Pemuda Pecinta Alam (APPA) pada tahun 2013. Di tahun 2021,
Alam Sewu mulai dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Girimulyo yang
terdiri dari pemuda-pemuda Desa Giripurno.
Dinamakan Alam Sewu karena terletak di atas
Dusun Pringsewu dengan ketinggian 1600 Meter di Atas Permukaan Laut (MDPL).
Alam Sewu ini memiliki jarak sekitar 500 meter dari pemukiman warga Dusun
Pringsewu. Sedangkan, dari Kota Temanggung berjarak kurang lebih 35 Kilometer
dan berjarak 2,4 Kilometer dari Desa Giripurno. Batasan sebelah Utara Alam Sewu
ialah Desa Dlimoyo, sebelah Selatan Desa
Katekan, sebelah Barat Gunung Sindoro, dan sebelah Timur Desa Gejagan. Cukup
dengan membayar tiket Rp 5000,00 pengunjung dapat menikmati pesona Alam sewu
sepuasnya.
Pesona Alam Sewu ini tampak menakjubkan
karena dapat melihat pemandangan sembilan gunung sekaligus. Sembilan gunung
tersebut ialah Gunung Sindoro, Gunung Kendil, Gunung Prau, Gunung Butak, Gunung
Ungaran, Gunung Merapi, Gunung Telomoyo, dan Gunung Sumbing. Semua Gunung
tersebut akan terlihat jelas ketika tidak ada kabut yang menyelimuti sekelilingnya.
Ketika malam hari akan terlihat lampu-lampu dari berbagai belahan kota yang
dapat memberikan minat pengunjung untuk tetap singgah di Alam Sewu.
Wisata Alam Sewu ini menyajikan keindahan
panorama yang dilengkapi dengan beberapa spot foto. Selain itu, di pagi hari
pengunjung dapat melihat sunrise dengan nuansa alam sekitar.
Sekelilingnya terdapat tanaman hias dan beberapa fasilitas. Fasilitas tersebut
yakni gazebo, toilet, musholla, kedai kopi, tempat parkir, dan sebagainya.
Biasanya, gazebo Alam Sewu sering dijadikan tempat singgah atau istirahat
petani sekitar.
Baca juga: Mahasiswa KKN UIN Walisongo Beri Pelatihan Bisnis Online di Desa Giripurno Temanggung
Di Alam Sewu terdapat Rumah Tembakau yang
membelakangi Gunung Sindoro. Rumah Tembakau tersebut akan dijadikan museum yang
berisi deskripsi dan dokumen mengenai petani tembakau desa Giripurno. Desain
Rumah Tembakau itu sendiri terdapat gambar kopi, tembakau, dan kuda lumping
yang mana mengisahkan orang-orang Giripurno yang mayoritas menanam kopi dan tembakau.
Sedangkan kuda lumping merupakan tarian orang-orang Giripurno.
Tak heran, jika Alam Sewu seringkali
dijadikan tempat pagelaran kesenian seperti halnya Tari Mapak Srengenge, Tari
Jaranan dan sebagainya. Hal ini
bertujuan untuk melestarikan budaya masyarakat desa Giripuno. Selain itu, Alam
Sewu juga sering dijadikan tempat camping baik untuk anak-anak ataupun
dewasa.
Biasanya, Alam Sewu juga mengadakan agenda pesta seratus lampion di malam hari. Pesta seratus lampion tersebut diadakan pada setiap Bulan Mei. Namun, karena ketidakadaannya lampion, maka kini agenda pesta seratus lampion telah digantikan dengan agenda pesta seribu cahaya. Agenda pesta seribu cahaya dari lilin tersebut memberikan makna harapan dan doa dari warga Desa Giripurno. Hal ini menjadi daya tarik wisatawan yang ingin ikut melihat keindahan seribu cahaya dari lilin.
Baca juga: KKN Daring, Tantangan atau Ancaman Mahasiswa?
Dulu, awalnya Alam Sewu merupakan kawasan pertanian biasa yang kemudian pemuda sekitar melihat potensi keindahan Alam Sewu. Hingga pada akhirnya Alam Sewu dijadikan tempat wisata yang kini sering digunakan untuk kegiatan-kegiatan besar. Tempat Alam Sewu yang luas dan udaranya yang masih segar memberikan sensasi nyaman bagi para pengunjung. Melihat pesona Alam Sewu yang begitu indah, patutlah dijaga dan dirawat keaslian alam dan kebersihannya. Hal ini sebagai wujud dari kecintaan kita terhadap alam sekitar.