Di Bawah Lindungan Ka'bah - Hanny Saputra
(Resensi oleh Firman Hardianto)
Pada dasarnya Islam tidak mengenal kasta. Begitu juga di dalam
pernikahan, setiap insan memiliki kesempatan untuk memilih siapa yang kelak
menjadi pendamping hidupnya. Dalam hal memilih pasangan, meski tidak mengenal
kasta Islam tetap menganjurkan umat untuk memperhatikan terutama aspek agama dari
dia yang kelak menjadi pendamping hidupmu.
Dalam Islam dijelaskan secara umum pasangan bisa dipilih karena empat
hal seperti hadist nabi berikut, Dari Abu Hurairah ra., Nabi saw., bersabda,
“Wanita itu dinikahi karena empat hal yaitu karena hartanya, kebangsawanannya,
kecantikannya dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya
engkau beruntung. Meski di dalam hadist tersebut, Nabi hanya menjelaskan
tentang perkara memilih perempuan, tetapi bisa juga diaktualisasikan dalam
menerima pinangan seorang laki-laki. Utamakan aspek agama dalam hal memilih
pasangan, agar pernikahan yang berlangsung dapat menuai keberuntungan.
Hal tersebut dijelaskan menurut landasan agama Islam. Tetapi, umat
Islam di Indonesia hidup selain beragama juga hidup dalam tatanan adat
istiadat. Banyak umat yang dalam hal pernikahan juga mempertimbangkan apakah
pasangan sekufu (red: sederajat) atau tidak. Hal ini tidak dapat
dipungkiri tetap ada dalam perjalanan mencari pasangan di Indonesia. Inilah
yang menjadi ujian bagi pencari pasangan yang dalam strata kehidupan di
Indonesia dipandang tidak sekufu.
Baca juga: London Love Story, Cintai Secukupnya
Di Bawah Lindungan Ka’bah
Hanny Saputra dalam film yang ia garap berjudul Di Bawah Lindungan
Ka’bah juga bercerita tentang kisah cinta antara dua pasangan yang beragama, namun
tatanan adat memandangnya tidak sekufu. Film ini diadaptasi dari novel
dengan judul yang sama karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Film ini pertama
kali tayang pada Agustus 2011.
Dua pasangan yang saling jatuh cinta yang dikisahkan dalam film ini
adalah Hamid dan Zainab. Hamid berasal dari keluarga sederhana dan hanya diasuh
oleh Ibunya. Selain itu, Ibu Hamid bekerja di keluarga Zainab. Meski begitu,
Hamid sungguh beruntung karena mendapatkan biaya sekolah dari keluarga Zainab.
Zainab sendiri merupakan anak dari tetua di kampungnya. Dan melihat Ibu Hamid
bekerja di keluarga Zainab maka sudah dapat dipastikan bahwa keluarga Zainab
cukup terpandang dan kaya.
Keduanya dapat saling bertemu karena Ibu Hamid yang bekerja di
rumah keluarga Zainab. Meski saling mencintai, Ibu Hamid melarangnya untuk
mengharapkan Zainab karena perbedaan strata sosial yang ada di antara mereka. Terlebih
lagi, Ibu Hamid merasa memiliki hutang budi karena Hamid telah dibiayai sekolah
oleh ayah Zainab.
Cinta di antara mereka berdua meski terhalang oleh perbedaan strata
sosial, namun mereka tetap saling berharap. Harapan mereka tidak pernah
berhenti karena cinta sudah terlanjur tumbuh di antara keduanya.
Selain itu, cinta mereka juga terhalang karena Zainab sudah
dijodohkan dari awal dengan putra dari seorang saudagar. Seperti apakah akhir
kisah cinta mereka? Apakah ujian yang datang di dalam cinta mereka dapat
dilewati? Bagi kalian yang belum menonton Di Bawah Lindungan Ka’bah, cobalah
untuk menontonnya sebagai salah satu input pengetahuan juga tentang cinta. Meski film ini sudah tayang sejak 2011, tapi masih relevan sebagai bahan tontonan saat ini. Selamat menonton.
No comments:
Post a Comment