![]() |
google.com |
Hari valentine atau disebut juga hari
kasih sayang, telah kita lewati bersama satu bulan lebih yang lalu. 14
Februari, pasangan-pasangan yang tengah menjalin asmara saling berlomba
mengutarakannya pada hari itu. Pernak pernik khas valentine day pun bertebaran
dimana-mana meramaikan acara tersebut.
Bukan hanya setiap pasangan yang unjuk
gigi saling mengungkapkan perasaannya. Para pelaku usaha banyak yang membuat
promo atau event khusus sebagai ajang promosi diri. Karena di event seperti ini
omset bisa saja naik berkali lipat karena kecenderungan permintaan suatu barang
meningkat di saat menjadi trend pada hari tertentu, seperti valentine day ini.
Baca juga: Cara Membuat Domain Dengan Niagahoster
Tentunya event seperti ini menjadi
peluang usaha bagi banyak pihak yang dapat memanfaatkannya. Karena sudah
menjadi kebiasaan baru bagi khalayak untuk merayakan Valentine day. Khususnya
anak muda masa kini yang terkenal dengan sebutan Generasi Millenial.
Valentine day bukanlah budaya asli
timur. Budaya ini adalah serapan dari budaya barat yang menjadi trend di
kalangan millenial. Namun lambat laun budaya ini justru merusak tatanan budaya
Indonesia. Indonesia yang terkenal dengan adat ketimuran, mulai tergerus oleh
perkembangan zaman.
Kita sebagai generasi muda patutnya
bersikap skeptis terhadap hal baru. Skeptis adalah sikap tidak menerima apa
adanya. Kebiasaan bersikap skeptis akan membuat seseorang tidak mudah diperdaya
atau terpengaruh karena orang skeptis akan melakukan cross check terhadap suatu hal yang Ia temui. Tentu saja sebagai
generasi yang berintelektual, kita perlu bersikap skeptis salah satunya
terhadap budaya barat Valentine day. Kita perlu mencari data sejarah dari
Valentine day agar tidak salah kaprah dalam melaksanakannya.
Dalam kasus Valentine Day, banyak
hal-hal yang patut kita waspadai bersama sebagai penganut budaya ketimuran.
Perayaan 14 November yang berlebihan perlu kita hindari bersama agar tidak
terjadi hal yang tidak diinginkan. Namun karena Valentine day telah mengakar
dimana-mana, kita tidak bisa langsung menghapus budaya ini. Ada cara halus yang
mesti kita lakukan agar usaha yang dilakukan dapat diterima.
Baca juga: Membangun Citra Diri Melalui Media Online
Memang akulturasi budaya seperti ini
bukanlah hal baru yang terjadi di masyarakat. Bahkan sejak zaman dahulu kala
telah terjadi akulturasi budaya yang menyebabkan adanya budaya baru sebagai
akibat pencampuran budaya tersebut. Hanya saja sebagai penganut budaya
ketimuran, kita tetap harus jeli memilah dan memilih kebiasaan yang baik untuk
selanjutnya ditransformasikan sebagai kebudayaan.
Kita bisa mencontoh cara-cara yang
dilakukan Walisongo saat menyebarkan islam di tanah jawa. Para Walisongo itu
tidak menghapus budaya asli masyarakat sekitar, tapi memodifikasinya sehingga
ajaran Islam dapat diterima dengan damai. Langkah seperti ini bisa menjadi
terobosan ampuh dalam menangani kasus Valentine Day.