12 February 2019

Menjadi Minoritas, Why Not ?

Ketika Minoritas Jadi Pilihan – Irja Nasrullah

(Resensi oleh Firman Hardianto)


Apa yang dirasakan kaum minoritas ? Barangkali merasa terkucilkan atau merasa tidak dianggap. Bisa saja kaum minoritas merasa demikian. Atau kita sebagai pihak ketiga (pengamat) merasa memang seperti itu. Namun apakah hal itu benar ?


Sebenarnya tidak demikian, justru terkadang kaum minoritas adalah kaum yang benar. Hanya saja kebenaran yang berada di bawah naungan kaum minoritas lebih sering tidak terakui oleh khalayak. Khalayak lebih mempercayai kebohongan yang berulang, diakui secara mayoritas. Suara mayoritas itu yang menyebabkan adanya pembenaran atas ketidakbenaran sehingga tak jarang tetap diakui sebagai kebenaran.


Irja Nasrullah dalam bukunya Ketika Minoritas Jadi Pilihan menjawab semua pertanyaan sebelumnya. Bahwa kaum minoritas itu tak seperti apa yang dipikirkan kebanyakan orang. Pada cover buku ini terdapat kutipan dari Al Fudhail bin ‘Iyadh yang pada intinya memberikan dorongan kepada kaum minoritas untuk senantiasa istiqomah menempuh jalan kebenaran. 


Baca juga : Menjaga Jari di Era Media Sama Pentingnya dengan Menjaga Lisan

 

Kecenderungan jalan yang benar adalah lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas. Mereka lebih memperbaiki diri sendiri daripada fokus kepada orang lain, namun kaum minoritas tetap menyebarkan kebaikan kepada setiap manusia. Di dalam surah Hud ayat 116 dijelaskan bahwa orang yang melarang berbuat kerusakan di muka bumi hanya sebagian kecil. Hal ini menjadi salah satu pertanda yang jelas bahwa lebih banyak manusia yang ingkar lantas berbuat kerusakan di muka bumi dibandingkan yang memperbaikinya dan menganjurkan pada kebaikan.


Meski kaum yang berada di jalan yang benar tergolong dalam kaum minoritas, namun hal itu bukan berarti bahwa kebenaran identik dengan kelemahan. Karena tak jarang juga terjadi kaum minoritas mengalahkan kaum mayoritas. Misalnya dalam perang Badar dimana pasukan muslim yang hanya berjumlah sekitar sepertiga dari jumlah pasukan musuh dapat memenangkan peperangan. Artinya meski jalan yang diambil merupakan jalan minoritas, jangan sampai mengurangi spirit kebaikan yang diperjuangkan. Harus selalu ada keyakinan bahwa Allah SWT akan menolong hambaNya yang berjuang di jalanNya.


Buku ini layak dibaca oleh semua golongan karena kata-katanya mudah dipahami. Pesan yang disampaikan tidak hanya menyinggung tentang kaum minoritas, namun bisa juga sebagai pemantik semangat pembaca untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.